Apa Itu Pain au Chocolat? Ini Bedanya dengan Croissant!
Kalau kamu pernah mampir ke bakery bergaya Prancis entah itu di mal, kafe, atau bahkan waktu jalan-jalan ke luar negeri, pasti pernah lihat roti dengan bentuk kotak berlapis-lapis dan isian cokelat di tengah. Yap, itulah dia si pain au chocolat. Namanya mungkin terdengar ribet kalau belum terbiasa, tapi jangan salah rasanya bisa bikin jatuh cinta sejak gigitan pertama. Lagi cari ide makanan enak buat nemenin pain au chocolat? Coba cek halaman ini yang berisi ulasan menu sehari-hari, siapa tahu dapat inspirasi lezat lainnya.
Tapi tunggu dulu… bentuknya mirip croissant ya? Sama-sama flaky, buttery, dan terbuat dari adonan yang mirip puff pastry. Terus bedanya apa dong?
Nah, daripada bingung sendiri, yuk kita bahas tuntas: apa itu pain au chocolat, asal-usulnya, dan tentu saja, apa bedanya dengan croissant yang lebih dulu populer di hati banyak orang.
Pain au Chocolat Itu Apa, Sih?
Secara harfiah, pain au chocolat berarti “roti dengan cokelat” dalam bahasa Prancis. Tapi jangan bayangkan roti biasa yang diisi cokelat ya, roti ini lebih ke jenis viennoiserie, yaitu kue yang berada di tengah-tengah antara roti dan pastry. Teksturnya lapis-lapis seperti croissant, tapi bentuknya lebih kotak atau persegi panjang. Di tengah-tengah lapisan adonannya, tersembunyi dua batang kecil cokelat hitam yang siap lumer ketika dipanggang.
Pain au chocolat punya rasa yang gurih dari mentega dan manis dari cokelat. Bukan tipe roti yang terlalu manis, jadi cocok banget buat sarapan atau teman ngopi sore.
Di beberapa daerah di Prancis, terutama di bagian selatan seperti Toulouse dan Bordeaux, roti ini juga dikenal dengan nama "chocolatine". Jadi kalau kamu jalan-jalan ke Prancis dan pengen pesan roti ini, coba perhatikan daerahnya takutnya kamu bilang pain au chocolat, eh yang jual malah nyolot, “Non, c’est une chocolatine!”
Sejarah Singkat Pain au Chocolat
Pain au chocolat punya akar sejarah yang mirip dengan croissant. Keduanya berasal dari teknik pengolahan adonan bergaya Austria yang kemudian populer di Prancis. Adonan berlapis-lapis yang disebut laminated dough ini diperkenalkan di Prancis oleh orang Austria bernama August Zang pada abad ke-19.
Roti-rotian seperti croissant dan pain au chocolat lantas disebut viennoiseries karena berasal dari Vienna (Wina). Seiring waktu, bakery di Prancis mengembangkan variasi mereka sendiri, salah satunya ya si pain au chocolat ini.
Oke, Lalu Apa Bedanya dengan Croissant?
Nah, ini dia yang sering bikin bingung orang-orang. Karena bahan dasarnya mirip banget, yaitu sama-sama pakai adonan laminated dough, sama-sama dipanggang sampai garing di luar dan lembut di dalam.
Tapi secara tampilan, isi, dan bahkan “vibe”-nya, ada beberapa perbedaan mencolok antara pain au chocolat dan croissant. Yuk kita bahas satu per satu:
1. Bentuk
- Croissant: Bentuk bulan sabit yang khas, dengan ujung-ujung melengkung.
- Pain au Chocolat: Bentuk persegi panjang atau kotak, lebih tegas dan padat.
2. Isi
- Croissant: Biasanya polos. Tapi sekarang banyak juga croissant isi keju, almond, atau bahkan cokelat, tapi itu versi “isi”, bukan versi originalnya.
- Pain au Chocolat: Selalu punya dua batang cokelat di dalamnya. Kalau nggak ada cokelatnya, ya bukan pain au chocolat!
3. Cara Makan
- Croissant: Sering jadi teman sarapan dengan selai, mentega, atau dicocol ke kopi.
- Pain au Chocolat: Lebih sering dimakan langsung karena udah punya isian manis di dalamnya.
4. Pengalaman Makan
- Croissant: Lebih ringan, airy, dan flaky.
- Pain au Chocolat: Lebih padat dan "berisi" karena ada tambahan cokelat di dalamnya.
Cocoknya Buat Kapan, Nih?
Pain au chocolat adalah camilan fleksibel. Bisa buat sarapan cepat sambil ngopi, bisa juga buat teman teh sore, atau bahkan jadi snack malam yang nggak terlalu berat. Karena kandungan karbohidrat dan lemaknya cukup tinggi (ya namanya juga roti mentega-cokelat), satu potong biasanya cukup bikin kenyang.
Kalau kamu suka rasa manis-gurih yang seimbang, pain au chocolat bakal cocok banget buat kamu. Tapi kalau lebih suka roti yang kosong biar bisa diisi selai seenak hati, croissant mungkin lebih cocok.
Pain au Chocolat Buatan Sendiri? Bisa Banget!
Kalau kamu suka baking, bikin pain au chocolat sendiri di rumah bisa jadi proyek akhir pekan yang seru. Tapi siap-siap, ya, karena proses membuat laminated dough ini butuh kesabaran dan ketelatenan. Kamu harus menggulung dan melipat adonan berkali-kali sambil memasukkan mentega ke dalamnya agar tercipta lapisan-lapisan yang renyah.
Tapi ada juga jalan ninja pakai puff pastry instan yang bisa dibeli di supermarket! Tinggal potong, kasih batang cokelat, lipat, dan panggang. Memang rasanya gak akan seotentik versi bakery, tapi cukup memuaskan buat homemade.
Fun Fact: Pain au Chocolat Sempat Jadi Bahan Perdebatan Nasional!
Ini bukan bercanda. Di Prancis, perdebatan tentang sebutan "pain au chocolat" vs "chocolatine" sempat jadi topik panas. Sampai-sampai beberapa politisi mengusulkan agar nama "chocolatine" diakui secara nasional. Tapi pada akhirnya, perdebatan ini lebih jadi lucu-lucuan dan bukti bahwa orang Prancis memang sangat serius soal urusan roti 😄
Jadi, Pain au Chocolat atau Croissant?
Kalau kamu suka roti dengan isian manis dan bentuk yang lebih padat, pain au chocolat jelas jadi pilihan. Tapi kalau kamu suka gigitan yang ringan, buttery, dan cocok untuk dipadukan dengan topping sendiri, croissant bisa jadi soulmate kamu.
Keduanya punya tempat spesial di hati para pencinta pastry. Dan gak ada salahnya juga sesekali makan dua-duanya. Satu buat sarapan, satu buat camilan sore. Hidup terlalu singkat buat cuma pilih satu, kan?
Penutup
Pain au chocolat mungkin belum sepopuler croissant di Indonesia, tapi jangan salah, roti satu ini layak jadi bintang di setiap bakery. Dengan isian cokelat yang lumer, tekstur yang berlapis, dan rasa yang gak pernah gagal, pain au chocolat adalah bukti bahwa roti bisa jadi karya seni yang bisa dimakan.
Jadi, kalau kamu lihat roti ini di etalase toko roti, jangan ragu untuk mencoba. Karena siapa tahu, ini bisa jadi camilan favorit barumu!