5 Pelajaran Penting dari Buku Bicara Itu Ada Seninya - YUDA MUKTI BLOG
News Update
Loading...

Monday, June 2, 2025

5 Pelajaran Penting dari Buku Bicara Itu Ada Seninya

Pernah gak sih kamu merasa, “Kenapa ya orang ini kok gampang banget bikin orang lain nyaman?” atau malah sebaliknya, kamu sendiri bingung kenapa obrolanmu sering berakhir awkward, kaku, atau malah bikin salah paham. Nah, ternyata cara kita berbicara ke orang lain itu memang ada seninya. Bukan cuma soal kata-kata, tapi juga soal sikap, empati, dan timing. 

Buku Bicara Itu Ada Seninya karya Oh Su Hyang ini jadi salah satu buku yang cukup rame dibahas karena membahas topik yang sering disepelekan: seni berbicara. Dengan gaya yang ringan dan relatable, buku ini memberikan banyak insight tentang bagaimana cara berbicara yang efektif, hangat, tapi tetap tegas dan berwibawa. Butuh referensi buku lainnya? lihat disini untuk mendapatkan review dan rekomendasi buku menarik.


Kalau kamu belum sempat baca bukunya, tenang. Di artikel ini, aku akan rangkum 5 pelajaran penting yang menurutku paling ngena dan bisa langsung kamu terapkan di kehidupan sehari-hari. Yuk, kita bahas bareng-bareng!



1. Bicara yang Baik Itu Harus Dimulai dengan Mendengarkan


Kedengarannya klise, tapi ini benar banget. Salah satu pesan utama di buku ini adalah bahwa orang yang jago bicara justru adalah orang yang jago mendengarkan. Banyak dari kita terlalu fokus pada “apa yang mau aku katakan”, sampai lupa kalau komunikasi itu dua arah.


Dalam bukunya, Oh Su Hyang menekankan pentingnya listening with empathy alias mendengarkan dengan empati. Bukan cuma sekadar diam saat orang lain bicara, tapi benar-benar menyimak, memahami maksudnya, dan menunjukkan kalau kita peduli.


Contohnya simpel aja. Saat temanmu cerita soal masalahnya, daripada langsung nyamber dengan “Ah, gue juga pernah kayak gitu”, coba mulai dengan, “Wah, pasti berat banget ya ngerasain itu.” Respon kecil seperti ini bisa bikin lawan bicaramu merasa dihargai, dan dari situ komunikasi jadi lebih terbuka dan sehat.



2. Kata-Kata Bisa Jadi Obat, Tapi Bisa Juga Jadi Luka


Buku ini juga banyak mengingatkan soal kekuatan kata-kata. Kadang kita gak sadar, satu kalimat pendek bisa bikin orang lain senyum seharian, tapi juga bisa bikin down seharian.


Kamu pasti pernah dengar orang bilang, “Cuma bercanda kok,” padahal omongannya nyelekit banget. Nah, Bicara Itu Ada Seninya ngajarin kita buat lebih bijak dalam memilih kata. Nggak semua hal harus diomongin, dan nggak semua omongan harus disampaikan saat itu juga.


Oh Su Hyang memberikan banyak contoh situasi sehari-hari, misalnya saat mengkritik rekan kerja atau menasihati anak. Alih-alih frontal dan menyakitkan, kita bisa menyampaikan hal yang sama dengan nada yang lebih lembut dan konstruktif.



3. Tahu Kapan Harus Diam Itu Juga Bagian dari Bicara


Salah satu bagian favoritku dari buku ini adalah ketika penulis bilang bahwa “diam juga bagian dari komunikasi.” Kadang, kita merasa harus ngomong terus agar tidak dianggap cuek. Padahal, dalam beberapa situasi, diam bisa jadi respon terbaik.


Contohnya, saat ada teman yang sedang marah atau emosi tinggi, langsung membalas argumennya justru bisa memperkeruh suasana. Daripada adu mulut, lebih baik beri waktu untuk menenangkan diri dulu, lalu bicara ketika suasana lebih kondusif.


Diam juga bukan berarti pasrah. Diam bisa jadi bentuk penghormatan, empati, atau bahkan strategi untuk menjaga hubungan tetap harmonis. Intinya, jangan takut diam kalau memang itu yang terbaik saat itu.



4. Jangan Hanya Fokus Menang, Fokuslah pada Hubungan


Siapa yang sering debat di grup WhatsApp cuma buat ngebuktiin kalau dirinya paling benar? Nah, buku ini menegur kebiasaan seperti itu. Komunikasi yang baik bukan tentang siapa yang menang, tapi bagaimana hubungan tetap sehat.


Kalau kita terlalu fokus pada ego sendiri, kita bisa kehilangan hubungan baik dengan orang lain. Misalnya, saat diskusi dengan pasangan, teman, atau rekan kerja, tujuan kita seharusnya bukan mencari siapa yang salah, tapi mencari solusi bareng.


Oh Su Hyang mengajarkan bahwa dalam setiap percakapan, kita bisa memilih: mau memenangi argumen atau memenangi hati orang lain? Dan sering kali, memenangi hati jauh lebih penting dan berdampak panjang.



5. Jadilah Orang yang Hangat, Tapi Tetap Punya Batasan


Poin ini penting banget, terutama buat kamu yang suka merasa “gak enakan”. Di buku ini, ditekankan bahwa menjadi orang yang hangat dan sopan bukan berarti harus selalu mengiyakan semua permintaan orang lain.


Komunikasi yang sehat juga butuh batasan. Jangan sampai kita terlalu berusaha menyenangkan orang lain sampai-sampai kehilangan diri sendiri. Misalnya, ketika diminta tolong terus-menerus di luar kemampuanmu, kamu berhak untuk bilang tidak dengan cara yang sopan dan tidak menyakiti.


Contoh cara menolak yang diajarkan buku ini misalnya seperti:


“Maaf banget, aku gak bisa bantu kali ini. Tapi semoga kamu bisa segera dapat solusi ya.”

Lihat? Tetap hangat, tapi tegas. Ini yang bikin komunikasi jadi sehat, dan hubungan tetap terjaga tanpa harus mengorbankan dirimu sendiri.



Penutup: Bicara Itu Memang Ada Seninya


Setelah membaca buku ini, kamu akan sadar bahwa bicara bukan cuma soal pintar memilih kata, tapi juga soal tahu kapan harus mendengarkan, tahu bagaimana menjaga perasaan orang lain, dan tahu batasan diri sendiri. Komunikasi itu seperti jembatan, kalau dibangun dengan hati-hati, dia bisa menyambungkan dua sisi yang berbeda.


Oh Su Hyang berhasil meramu pengalaman dan pengetahuannya dalam dunia komunikasi menjadi panduan praktis yang mudah dipahami dan diterapkan. Buat kamu yang sering merasa canggung, mudah salah paham, atau bahkan sering disalahartikan dalam komunikasi, buku ini bisa jadi titik balik.


Jadi, kalau kamu pengin punya hubungan yang lebih harmonis, entah itu dengan pasangan, teman, rekan kerja, atau keluarga, mungkin kamu nggak perlu ganti gaya berpakaian atau belajar hal baru yang rumit. Mungkin, kamu cuma perlu belajar bicara dengan lebih seni.


Share with your friends

Add your opinion
Disqus comments
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done