Apa Itu Primbon Jawa? Memahami Perhitungan Hidup dalam Budaya Jawa - YUDA MUKTI BLOG
News Update
Loading...

Monday, July 7, 2025

Apa Itu Primbon Jawa? Memahami Perhitungan Hidup dalam Budaya Jawa

Pernah nggak sih kamu dengar orang tua atau kakek-nenekmu bilang, “Coba hitung primbon dulu sebelum nikah,” atau, “Kalau mau bangun rumah, lihat primbonnya ya, biar rejekinya lancar”? Bagi sebagian orang zaman sekarang, primbon mungkin terdengar kuno, mistis, atau bahkan nggak relevan. Tapi buat masyarakat Jawa, primbon bukan sekadar ramalan – melainkan warisan pengetahuan hidup yang diwariskan turun-temurun. Kalau kamu ingin tahu detail lengkap tentang primbon Jawa dan makna setiap hitungannya, kamu bisa cek di website primbonjawa.id


Lalu sebenarnya, apa itu primbon Jawa? Kenapa dulu (dan bahkan sampai sekarang) banyak orang masih mengandalkannya untuk menentukan langkah penting dalam hidup mereka? Yuk, kita kupas bareng-bareng dengan bahasa santai biar gampang dipahami.



Primbon Jawa Itu Apa Sih?


Secara sederhana, primbon Jawa adalah kumpulan catatan, ilmu, atau perhitungan tradisional Jawa yang digunakan untuk membaca kehidupan manusia. Primbon berisi berbagai hal, mulai dari hitungan hari baik (weton), jodoh, rezeki, karakter seseorang, arah rumah, bercocok tanam, hingga perhitungan hari baik untuk hajatan besar seperti pernikahan atau pindah rumah.


Primbon tidak ditulis dalam satu buku saja. Isinya tersebar di banyak kitab kuno yang ditulis oleh para leluhur Jawa. Dalam primbon, ada unsur ilmu titen (pengamatan alam), astronomi tradisional, hingga kepercayaan spiritual dan filosofi hidup Jawa.



Kenapa Orang Jawa Menggunakan Primbon?


Dulu, sebelum ada kalender modern, aplikasi cuaca, atau GPS, orang Jawa mengandalkan pengamatan alam dan perhitungan primbon untuk menentukan kapan waktu yang tepat menanam padi, kapan menikah, atau kapan mengadakan acara besar.


Primbon dibuat berdasarkan pengalaman dan pengamatan ratusan tahun yang kemudian dibukukan menjadi pengetahuan bersama. Prinsipnya, semua hal ada waktunya, dan kalau dilakukan di waktu yang tepat, hasilnya akan lebih baik.


Contoh nyata:

Petani Jawa akan menanam padi dengan menghitung mangsa (musim) yang tercatat dalam primbon. Hasilnya? Panen bisa maksimal karena mereka paham pola cuaca dan alam.



Apa Itu Weton dalam Primbon Jawa?


Salah satu bagian paling terkenal dari primbon adalah weton. Weton adalah hitungan hari lahir seseorang berdasarkan penanggalan Jawa yang menggabungkan hari (Senin, Selasa, dll) dengan pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).


Misalnya, kamu lahir hari Kamis Pon. Nah, dalam primbon, weton ini menentukan karakter, rezeki, hingga kecocokan jodoh. Bahkan, banyak orang tua Jawa yang menghitung weton sebelum menikahkan anaknya. Kalau wetonnya cocok, dipercaya rumah tangganya akan harmonis dan rezekinya lancar.



Primbon dan Penentuan Hari Baik


Selain weton, primbon juga digunakan untuk menentukan hari baik dalam berbagai acara penting, seperti:


  • Pernikahan
  • Pindah rumah
  • Membangun rumah
  • Membuka usaha baru
  • Mengadakan hajatan besar


Orang Jawa percaya, jika kita memilih hari yang baik, maka kegiatan tersebut akan berjalan lancar dan terhindar dari hal-hal buruk. Ini bukan berarti mereka menuhankan primbon, tapi lebih kepada usaha menyeimbangkan langkah dengan alam dan waktu, agar hidup terasa lebih selaras.



Primbon untuk Membaca Karakter Seseorang


Di primbon juga terdapat ilmu membaca watak atau karakter seseorang berdasarkan weton dan bulan lahirnya. Misalnya:


  • Orang lahir di hari Jumat Kliwon disebut memiliki pembawaan tenang, bijak, dan disegani.
  • Orang yang lahir Selasa Wage dipercaya cerdas, pekerja keras, tapi sedikit keras kepala.


Meskipun ini bukan ilmu pasti seperti psikologi modern, banyak orang menggunakannya sebagai panduan mengenal diri dan orang lain, terutama dalam lingkungan tradisional Jawa.



Primbon dan Spiritualitas Jawa


Primbon nggak melulu soal hitungan hari baik, tapi juga mengajarkan filosofi hidup Jawa. Misalnya:


  • Nrimo ing pandum (ikhlas menerima apa yang diberikan Tuhan)
  • Urip iku urup (hidup harus bermanfaat untuk orang lain)
  • Sabar lan narimo (sabar dan menerima keadaan dengan lapang dada)


Semua ajaran ini tertulis di primbon, menunjukkan bahwa primbon juga berisi nilai-nilai moral dan spiritual untuk menuntun kehidupan masyarakat Jawa.



Primbon di Era Modern: Masih Perlukah?


Di era serba digital ini, banyak orang mulai meninggalkan primbon dan menganggapnya kuno atau takhayul. Namun, bagi sebagian masyarakat Jawa, primbon masih memiliki tempat istimewa. Bukan karena takut atau percaya buta, melainkan sebagai bentuk rasa hormat pada tradisi dan leluhur.


Bahkan, beberapa calon pengantin zaman sekarang masih meminta dihitungkan weton dan hari baik pernikahan oleh orang tua mereka, walaupun persiapannya tetap modern dengan wedding organizer.



Apakah Primbon Bertentangan dengan Agama?


Pertanyaan ini sering muncul. Jawabannya, tergantung pada niat dan cara memakainya. Jika digunakan sebagai panduan tradisi untuk memilih waktu dan menjaga harmoni dengan alam, tanpa keyakinan bahwa primbon-lah penentu takdir, maka primbon hanya menjadi salah satu bentuk kearifan lokal.


Namun, jika diyakini sebagai penentu mutlak nasib dan rezeki, tentu bertentangan dengan ajaran agama apa pun yang menekankan Tuhan sebagai satu-satunya penentu takdir.



Belajar Primbon: Sulit atau Mudah?


Belajar primbon sebenarnya cukup sulit, karena membutuhkan pemahaman bahasa Jawa kuno, kalender Jawa, dan filosofi hidup Jawa. Tapi jika kamu tertarik, banyak buku primbon yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan penjelasan lebih ringan.


Kamu juga bisa belajar langsung dari para sesepuh Jawa yang masih menyimpan kitab primbon, atau membaca artikel-artikel budaya Jawa yang membahas tentang hal ini secara mendalam.



Penutup: Primbon, Warisan Kearifan Lokal yang Perlu Dihargai


Primbon Jawa adalah salah satu kearifan lokal yang patut dilestarikan. Bukan sekadar hitungan mistis, tapi juga sarat filosofi hidup, ilmu alam, dan ajaran moral yang diwariskan oleh leluhur untuk menjaga harmoni manusia dengan lingkungan dan Sang Pencipta.


Jadi, meskipun kamu tidak percaya sepenuhnya pada ramalan primbon, nggak ada salahnya memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karena pada akhirnya, seperti kata pepatah Jawa, “Ngèlmu iku kalakone kanthi laku” – ilmu itu hanya bermanfaat jika dijalankan dengan perbuatan baik.


Share with your friends

Add your opinion
Disqus comments
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done